I lost him, but I found The Greatest "HIM"
Di kesunyian malam ini, terasa begitu sepi dan tenang. Hanya suara hewan malam dan detak jantungku yang saling berpacu.
Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan saat ini. Seusai berbincang dengan Rabb ku, aku masih belum bisa tidur lagi.
Mungkin inilah saatnya aku menulis lagi. Menulis tentang serpihan "puzzle" apa yang sedang coba kurangkai akhir-akhir ini. Khususnya dalam waktu hampir satu tahun ini.
Begitu banyak hal yang berubah semenjak Agustus 2020 lalu. Sejak hari dimana aku kehilangan dia, seseorang yang sempat begitu aku cintai, yang kupikir akan menjadi kapal terakhir yang berlabuh di hatiku. Namun, sepertinya dia memang juga hanya singgah.
Entahlah, tidak pernah ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan nanti. Mungkinkah dia akan kembali dan menetap sampai kita dipertemukan kembali di keabadian? Ataukah dia hanya sebagai serpihan puzzle kecil dari seluruh bagian cerita.
Sebenarnya aku tak ingin menceritakan lagi luka itu. Luka yang mungkin tak akan pernah dipahami oleh siapapun yang tidak pernah benar-benar merasakannya. Ketika duniaku hancur seketika, saat aku sedang menari dan bernyanyi dengan riangnya. Bak hujan badai yang tiba-tiba datang ketika aku sedang asyik menari dan bercengkrama dengan hijaunya rumput di sebuah taman yang indah, yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.
Memang, lima bulan itu begitu indah. Aku begitu bahagia, bahagia didalam kesesatan.
Iya sesat, bagaimana bisa aku menyebut hal itu kebahagiaan sejati ketika itu menjauhkan aku dari Tuhan ku, Allah. SWT. Bagaimana bisa aku bahagia ketika hidupku kala itu sangat jauh dari Allah. Kalaupun itu menyenangkan, itu adalah kesenangan yang begitu menipu, sungguh menipu.
Kalau saja Allah tidak selamatkan aku, tentu saja aku sudah semakin jatuh terlalu dalam dalam sebuah "cinta" yang salah.
Sesungguhnya, kalau boleh jujur aku malu. Malu pada Allah, dan malu juga pada orang di sekitar ku. Dulu aku begitu "bucin" alias "budak cinta" dan dengan bangganya mengumbar dosa ku pada semua orang atas nama "cinta". Hanya karena cinta adalah fitrah, aku merasa tidak bersalah ketika mengumbar "kisah manis" ku dengan orang yang belum halal untuk ku. Lalu sekarang saat aku sudah patah hati, baru aku kembali kepada Allah dan baru aku meyadari bahwa hubungan haram sama sekali tidak ada gunanya.
Malu, sungguh malu sebenarnya. Namun, jika aku melihat dari sisi lain. Aku sungguh bersyukur dengan apa yang terjadi padaku saat itu hingga membuat aku berada di titik ini sekarang.
Karena aku kehilangan dia, tapi aku menemukan "DIA" Yang Maha Besar, yang kasih sayang-Nya melebihi dari siapapun padaku yaitu Allah, Tuhanku. Satu-satunya Rabb yang masih memberi kesempatan kepada hamba yang hina sepertiku. Yang baru kembali pada-Nya ketika hatiku sudah terluka.
Namun aku bersyukur karena Allah masih mendekapku kembali pada-Nya disamping dosa-dosa yang aku lakukan selama ini. Kalau Allah ku tidak Maha Pemurah, pastilah aku sudah binasa saat ini.
Sungguh, yang kurasa di dunia ini tiada nikmat yang lebih indah selain hidayah dari Allah.
Aku, sungguh tak ingin kehilangan ini semua. Aku sangat takut kehilangan hidayah ini, kutuliskan semua ini agar aku selalu sadar bahwa ini adalah anugerah terbesar dalam hidup.
Maha Besar Allah yang dengan kasih sayang-Nya menanamkan rasa takut dalam jiwaku kini ketika aku tidak menutup auratku dengan benar. Padahal dulu aku adalah orang yang "simple" dan "gamau ribet", si gadis jeans dan kaos serta kameja flanel ini sekarang meninggalkan jeans nya menjadi rok dan gamis. MasyaAllah, sungguh kalau bukan karena Allah yang menanamkan rasa itu di hatiku aku tak yakin bahwa aku bisa berubah.
Dulu, tak pernah sekalipun terlintas di pikiranku bahwa aku akan meninggalkan celana jeans-jeans ketat ku yang begitu aku sukai dan begitu nyaman untuk ku pakai. Namun, lewat sebuah luka, Allah memanggilku kembali ke "dekapan"-Nya. Memberikan aku si pendosa ulung ini kesempatan untuk memperbaiki dirinya.
Aku tidak berkata bahwa aku sudah baik. Pun aku tidak bermaksud berkata bahwa aku hebat karena bisa meninggalkan pakaian yang kurang sesuai menjadi lebih sesuai. Poinku disini adalah, bagaimana baiknya Allah bahkan pada manusia pendosa sepertiku hingga menuntunku untuk meninggalkan hal yang dulu begitu nyaman ku lakukan menjadi hal yang paling aku hindari saat ini.
Kalau saja menceritakan aib itu tidaklah dosa, sudah kutuliskan semua aib-aib ku agar kalian tahu sependosa apa aku ini dan bagaimana baiknya Allah yang masih memberiku kesempatan untuk kembali lewat patah hati yang aku rasakan. Namun menceritakan aib adalah hal yang tidak disukai oleh Allah, karena Allah saja sudah menutupnya, tentu saja aku tak patut menceritakannya.
Lantas apakah dengan kembali kepada Allah, rasa sakitku hilang begitu saja?
Oh tentu tidak, tentu saja "hujan badai" yang tiba-tiba kurasakan ketika aku sedang "menari" di taman indah dengan rumput hijau itu, tidak serta merta reda dan berganti menjadi pelangi yang indah.
Aku terjatuh berkali-kali. Aku gagal keberkian kalinya. Aku terluka, sayapku patah jutaan kali dan sesekali gemuruh badai menghantuiku. Menghantui pikiranku, menerjang langkah kaki ku yang sedang berusaha untuk terbangun meskipun dengan tertatih. Meskipun dengan luka yang masih menganga.
Saat kubilang Allah "mendekap" ku, tidak serta merta badai itu hilang, namun Allah mengajarkan aku bagaimana caranya menghadapi badai itu. Bagaimana cara aku bertahan di tengah situasi yang tidak aku inginkan. Situasi yang jauh dari ingin ku. Allah ajarkan aku untuk bertahan ditengah hujan badai. Ajarkan aku untuk terbangun ketika aku terjatuh berkali-kali. Dan segala proses itu membentuk ku menjadi pribadi yang "baru". Membuka mataku untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda.
Kalau dulu, dimataku dunia hanya bekerja pada orang-orang cantik, tampan, kaya dan pintar saja. Sekarang bagiku, dunia bagi si "cantik" dan si "biasa saja" bagi "si kaya" dan "si miskin" itu sama saja. Sama-sama ujian. Kecantikan pun adalah ujian, kekayaan pun adalah ujian sama hal nya dengan kemiskinan. Karena Allah akan menguji kita dengan "kebaikan" dan "keburukan". Walau sejatinya apa yang datang dari Allah tidak pernah buruk. Semua terjadi untuk mengajarkan kita suatu hal dan menguji keimanan dan ketaqwaan kita kepada-Nya.
Ketika kita berada di situasi yang "baik", bisakah kita bersyukur dan menyadari bahwa itu semua semata-mata hanya titipan dari Allah yang harus digunakan sesuai dengan keridhoan Allah. Dan ketika kita berada di situasi yang "buruk", bisakah kita tetap berprasangka baik akan ketetapan Allah dan bisakah kita tetap bersabar di dalam keadaan itu?.
Setelah apa yang kulihat dan kurasakan selama ini, hidup tak lain hanyalah ujian. Ujian keimanan kepada Allah dan akan selalu ada sampai akhir hayat kita nanti.
Ketika kau sedang di padang rumput yang indah dengan taman bunga, langit cerah dan pelangi yang menghiasi harimu. Maka bersyukurlah dan jangan "lupa diri" dan bersiaplah akan "badai" yang mungkin bisa datang kapan saja.
Dan ketika badai sedang menerpa mu, bersabarlah dan belajarlah untuk bangkit lagi dan tetaplah berada di jalan yang benar. Dan jangan terpuruk terlalu lama karena badai pasti akan berlalu. Bukankah ketika kita ingin melihat pelangi maka sebelum pelangi tiba, datang dulu sang hujan? Maka badai pasti akan berganti menjadi pelangi. Karena di dunia ini tak ada yang abadi. Baik kesedihan ataupun kebahagiaan semuanya hanya datang sebagai ujian, silih berganti sampai nanti kita mati.
Jadi, kalau kehilangan sesuatu, selama bukan Allah yang hilang dari hatimu maka kau akan baik-baik saja.
Sekali lagi kubilang, "Kau akan baik-baik saja, selama bukan Allah yang hilang dari hatimu!"
Cukup datang pada Allah satu langkah saja, Allah akan datang kepada kita "sepuluh langkah". Cukup datang pada Allah dengan berjalan atau bahkan tertatih, Allah akan "berlari" mendekap kita.
Percayalah, coba saja. Aku sudah membuktikannya betapa jika kita kembali pada Allah sekecil apapun langkah kita, maka untuk langkah selanjutnya Allah lah yang menuntun kita ke langkah-langkah berikutnya yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Dan pada prosesnya memang melelahkan, berkali-kali akupun takut bahwa aku akan mengulangi lagi kesalahan lamaku. Tapi kan kucoba sekuat hatiku agar kali ini aku tak lagi menggunakan cara yang tidak Allah suka dalam menjalani sebuah fitrah manusia yang dikatakan "cinta".
Lelah! Dunia memang melelahkan! Tak ada yang abadi, dunia memang fana.
Tentu saja! Karena keabadian hanyalah di akhirat nanti.
Dan pilihan nya ada dua, keabadian dalam kebahagiaan (surga), atau sebaliknya.
Dan jalan menuju surga ataupun neraka pun sudah jelas kan?
Aku tahu, aku pun masih sangat jauh dari kata "sempurna" atau "baik" hanya karena sekarang sudah mulai sadar dengan aurat yang harus ku tutup dan berhenti menjalani sebuah hubungan yang bernama "pacaran".
Iya, surga belum tentu milikku, neraka mu juga bukan urusanku. Tapi mengajak kamu, iya kamu yang setia membaca blog ku, mengajak kamu kepada kebaikan adalah tugasku sebagai seorang muslim.
Sahabat ku, pegang tanganku dan temani aku dalam proses ini. Mari tumbuh bersama dalam tahap ini. Jangan takut kehilangan dia, tapi takutlah kehilangan DIA (Allah) Yang Maha Kuasa.
Dunia ini terlalu hina jika kita tukar dengan akhirat. Kesenangan yang melanggar perintah Allah adalah kesenangan yang menipu saja. Tidak ada ketenangan didalamnya. Namun jika kau tenang dalam melanggar perintah Allah maka berhati-hatilah, jangan sampai Allah biarkan kamu tersesat dan bermain-main dalam kesesatanmu.
Selama nyawa masih dikandung badan, selama itulah Allah beri kita kesempatan untuk berubah. Jangan sampai kelak ketika di akhirat, kita menyesali perbuatan kita di dunia yang hanya sebentar ini.
Jangan sampai Allah mengatakan apa yang ada di QS. Al Mu'minun Ayat 108 ini kepada kita:
قَالَ اخۡسَـُٔـوۡا فِيۡهَا وَلَا تُكَلِّمُوۡنِ
Dia (Allah) berfirman, "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku."
Dan tentu saja aku bukan manusia tanpa cacat yang akan selalu lurus, maka dari itu ingatkan aku juga ketika aku mulai goyah.
Hanya karena aku menulis ini bukan berarti juga aku mendeklarasikan diriku sebagai orang yang sudah benar, aku hanya berproses dan belajar dari apa yang aku alami dalam kurun hampir satu tahun ini. Yaitu tentang aku yang kehilangan dia, dan menemukan "DIA" yang lain yang Lebih Hebat, Lebih Maha Penyayang yaitu Rabb ku dan Rabb mu juga, Allah Subhanahu Wata'ala.
Seberat apapun "badai" yang sedang kita hadapi saat ini.
Ingat! Kita akan baik-baik saja selama bukan Allah yang hilang dari hati kita! ❤️
❤️❤️❤️
BalasHapusStep by step
And never give up cuz great things take times
ayayay capten!!! Thank you <3
Hapus