Ini Hanya Kepingan Puzzle!! (Sepenggal Kisah Selepas Hijrah)

Hai, adakah yang membaca tulisanku saat ini? Kalau ada, semoga bermanfaat ya. Kalau ternyata tulisan ini hanya akan usang dimakan waktu tanpa bertemu dengan pembacanya, maka tak apa. Kalau tulisan ini tak dapat berdialog dengan siapapun, maka biarkan saja ini menjadi monolog milik ku. Si gadis naif yang berharap bisa menjadi penulis terkenal suatu saat nanti. 

 Sudah hampir satu tahun aku memutuskan untuk sendiri tanpa terikat dengan siapapun. Mungkin, satu tahun masihlah terlalu sebentar jika dibandingkan dengan untuk orang lain yang bahkan sedari lahirnya tak pernah memiliki hubungan keterikatan dengan lawan jenis a.k.a (pacaran/komitmen/etc). Namun bagiku, ini adalah suatu hal yang baru yang sebelumnya belum pernah kurasakan. Bukan berarti aku tak pernah menjomblo lebih dari setahun,hanya saja ini kali pertama aku benar-benar tak ingin memiliki kedekatan ataupun hubungan spesial dengan siapapun itu sebelum menikah. 

Dan bismillah kali ini karena Allah. Karena aku tak mau lagi melanggar perintah-Nya. Dan disamping itu... aku juga takut. Jujur aku takut mencintai lagi. Aku takut kecewa dan aku merasa aku belum siap untuk merasakan patah hati lagi jika kelak perpisahan itu datang. Karena dunia ini sementara,entah berpisah karena keputusan manusia itu sendiri atau berpisah karena kematian, bagiku tak ada perpisahan yang manis. Perpisahan selalu pahit adanya dan aku tak pernah benar-benar siap untuk perpisahan dan kekecewaan itu.

Luka yang terakhir kurasa saja belum sembuh, terang saja aku belum berani untuk melangkah. Dan aku takut, aku takut akan kekecewaan yang aku bentuk dari ekspektasiku sendiri. Jika seseorang yang hadir nanti ternyata memperlakukan aku tidak seperti bagaimana aku ingin diperlakukan, aku takut menghadapi rasa sakit itu. 

 Namun disisi lain, aku juga mendambakan sebuah kisah indah yang akan menjadi kisah cinta terakhirku di bumi ini. Karena jujur saja, rasanya sepi. Di hidupku kini begitu sunyi. Dan layaknya tempat yang sepi, sepi itu memberi ketenangan. Tenang yang begitu hening, tak ada riuh ataupun lalu lalang orang asing kecuali suara aku dan pikiran 'jalang' ku yang seringkali gaduh didalam heningnya hidupku. Terkadang ia berteriak, terkadang ia menjerit, terkadang ia menangis, tak jarang pula ia tertawa lalu kemudian menangis. Hampir-hampir aku tak dapat membedakan aku ini menangis dalam tawa, atau tertawa dalam tangisan? 

 Selepas "hijrah" dari pacaran, hidup tak serta merta menjadi tenang dan bahagia selamanya. Malu untuk ku akui bahwa sebenarnya aku kesepian. Aku adalah aku, seorang gadis naif yang pandai berimaji, yang berharap suatu saat nanti memiliki kisah indah yang akan menjadi dongeng manis untuk anak cucu ku kelak. Yang kisahnya terpatri manis dalam benak orang-orang yang mengenal kami.

Namun saat ini, jangankan pangeran yang datang dalam hidupku, si 'puteri' ini masih saja berlarut-larut didalam sebuah luka yang terus saja ia korek sebelum luka itu sempat mengering. Disisi lain, si 'puteri' ini menyangsikan, masih adakah seorang 'pangeran tampan' berhati baik yang dapat menerima dan mencintai si 'puteri' ini dengan layak? Ia mulai membuka matanya dan kepercayaannya pada dunia pun mulai sirna. Terlalu banyak luka yang ia dapatkan dan realita pahit yang ia lihat di dunia ini. Meskipun ada satu harapan yang masih menyala didalam hatinya. Yaitu harapan kepada Sang Pencipta, agar Sang Pencipta segera menggantikan awan hitam di hidupnya menjadi pelangi dan mentari yang bersinar hangat.


Sekalipun kali ini, pelangi itu belum ada, mentari yang ia harapkan belum juga bersinar, ia sedang berusaha menikmati setiap tetes hujan yang mengalir deras di hidupnya. Kini, ia menikmati hujan itu tanpa berfikir untuk lari dan berteduh lagi. Sakit itu, dingin itu, ku nikmati semua air hujan yang menetes pada setiap inci tubuhku. Iya, ia yang kumaksud disini adalah aku, diriku sendiri. 

Aku menikmati setiap luka itu, sepi dan sedih itu karena aku percaya bahwa Sang Pencipta (Allah) takan pernah mengecewakan aku. Dan aku selalu percaya pada firman-Nya dalam surat al-Insyirah bahwa "Bersama kesulitan ada kemudahan". 

Dan aku merasakan itu, dalam keheningan ada ke khusyu an dalam meminta kepada-Nya, dalam ketenangan ada kedamaian yang Allah berikan, dalam kesedihan ada jiwa yang semakin bergantung kepada-Nya. Karena ketika aku melepaskan segala ketergantungan ku kepada makhluk yang bernama manusia, ketika aku merasa tak ada manusia manapun yang bisa ku andalkan, bahkan ketika diri sendiripun tak bisa aku andalkan maka ketergantunganku pada Allah tumbuh semakin kuat. Dan, bukankah Allah memang sebaik-baik tempat bergantung? Walaupun dengan 'kurang ajar' nya aku baru bergantung ketika situasi ku hancur. Tapi kurasa ini lebih baik daripada aku merasa mampu melakukan segalanya sendiri padahal nyatanya aku hanya semakin menghancurkan diriku sendiri jika aku bertindak semauku.

 

Lagi-lagi aku teringat dengan sebuah quotes dari Mufti Ismail Menk yang kurang lebih begini katanya "musibah/hal buruk yang mendekatkan dirimu pada Allah itu lebih baik daripada 'anugerah/hal baik' yang menjauhkanmu dari Allah". Dan setelah ini aku berharap, baik atau buruknya situasi ku semoga aku selalu ingat dengan Allah dan tak lagi menjauh dari-Nya. 

 Akhir kata, untuk siapapun yang "kebetulan" membaca postingan ini. Percayalah ini bukan kebetulan, percayalah bahwa kamu tidak sendiri. Percayalah bahwa setelah 'hujan' pasti ada pelangi, kalaupun bukan pelangi, percayalah 'hujan' itu menghidupkan bumi setelah mati (kering) atas izin Allah seperti dalam firman-Nya.

Kamu boleh kehilangan kepercayaanmu pada manusia, tapi tetaplah percaya pada rencana Sang Pencipta, percayalah bahwa Allah tak mungkin membuatmu bersedih tanpa rencana pembahagiaanmu. Jadi, meskipun sekarang semua terlihat mustahil, tanpa harapan dan begitu suram, tetaplah berjalan meskipun harus dengan merangkak. Karena di depan sana, Allah pasti sudah siapkan kejutan yang akan membuat kita bahagia dan bersyukur karena telah melalui semua ini.

Ini hanya puzzle yang belum rampung, kamu mungkin pusing jika mencoba menerka nya. Susun saja satu persatu,setelah semua tersusun dan kau lihat gambar apa yang terlukis oleh kepingan puzzle itu, semua akan terasa masuk akal.

Akupun memang belum melihat gambar apa yang terlukis dalam 'puzzle' ku, tapi aku percaya bahwa gambar itu pastilah akan indah. 

Mau buktikan sama-sama?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masih Inginkah Menjadi Guru?

Siapa yang Kurindukan?

I lost him, but I found The Greatest "HIM"