Tahun Yang Ingin Dihapus?
Jika seseorang bertanya padaku, tahun berapakah dalam hidupku yang ingin aku hapus maka sepertinya dengan cepat aku akan menjawab tahun 2020 lah jawabannya. Tapi... Jika aku pikirkan kembali dengan baik-baik dengan seksama dari keseluruhan cerita sampai sejauh ini, maka jawabannya tak ada satupun tahun yang ingin kuhapus. Karena semuanya berharga, menjadi bagian-bagian yang utuh saling melengkapi satu sama lain.
Jika ada satu tahun saja dalam hidupku yang hilang, maka tidak akan ada aku yang sekarang. Dimana, aku merasa bahagia dan bersyukur dengan aku yang sekarang. Sekalipun, semua hal tidak selalu berjalan seperti apa yang aku bayangkan. Namun aku selalu mensyukuri kesempatan indah yang Allah berikan padaku saat ini.
Dimana Allah mempertemukan ku dengan orang-orang baik. Memberikanku kesempatan untuk belajar memperbaiki diriku. Mengajariku untuk mandiri dan tidak bergantung pada siapapun kecuali pada-Nya.
Tahun 2020 memanglah menyakitkan bagiku. Sungguh aku tak ingin merasakan lagi luka sehebat itu. Namun aku percaya bahwa setidaknya sekali dalam seumur hidup, seseorang akan mengalami patah hati terhebat yang membenturkannya berkali-kali sampai akhirnya ia terbentuk menjadi "manusia baru" yang lebih tangguh, yang lebih kokoh, dan lebih berharga dari sebelumnya. Maka, jika hasil yang aku dapatkan adalah seperti itu. Sekalipun itu menyakitkan aku pasti akan menempuh jalan itu lagi untuk berada di tahap ini.
Meskipun memang tak mudah untuk bangun, tertatih, dan mengobati hati yang terluka begitu hebatnya itu. Namun pada akhirnya aku akan berterimakasih kepada masalalu, yang lewat hal itu menjadi jalan Allah untuk memperbaiki diriku.
Masa lalu dan seluruh bagian cerita didalamnya akan selalu menjadi bagian dari diriku. Chapter pedih ataupun membahagiakan didalamnya akan selalu menjadi bagian berharga yang memiliki tempat istimewa dihatiku yang akan kusimpan dengan rapi disudut hatiku.
Setiap chapter membahagiakan itu akan tetap istimewa didalam tempatnya, akan tetap menjadi salah satu bagian kesukaan ku. Namun, aku tak bisa terus membacanya lagi untuk mengharapkan akhir yang berbeda.
Setiap chapter yang menyedihkan pun ada tempat istimewa pula di sudut hatiku. Dimana dari dalam itu aku belajar banyak hal. Namun aku juga tak bisa membuang begitu saja "pelajaran berharga" itu, karena seperti yang orang bilang bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Tentu saja aku takan membacanya untuk mengulangi kesalahanku, tapi aku akan membacanya untuk membuatku lebih berhati-hati terhadap apa yang akan kulakukan dimasa kini dan nanti.
Setiap garis waktu yang ada dalam hidupku, semuanya adalah satu kesatuan utuh yang berharga dan aku tak ingin menghapus nya. Hal baik atau hal buruk semuanya memberikan pelajaran. Hal baik menjadi sebuah kenangan indah dalam hidup dan hal buruk menjadi sebuah pelajaran dalam hidup. Yang mana, sebenarnya semua itu adalah untuk kebaikan kita.
Intinya yang ingin coba aku sampaikan adalah. Hargai setiap pengalaman dan garis waktu yang telah kita lalui. Jangan membenci, kita hanya belum tahu saja "buah" dari semua yang telah terjadi. Garis waktu kita mungkin berbeda dari oranglain, mungkin juga tak seindah yang kita bayangkan sebelumnya. Tapi itulah yang membuat kita istimewa dengan cara kita sendiri.
Bukankah pelangi indah karena memiliki warna yang berbeda? Lantas kenapa "warna" kita harus selalu sama dengan oranglain?
Komentar
Posting Komentar