Believe
Malam ini rasanya begitu tenang. Diiringi suara rintik hujan yang meneduhkan telinga, aku pun mulai menulis lagi. Setelah 'badai' yang sempat terjadi beberapa bulan lalu, aku mengambil pelajaran yang begitu berharga.
Ternyata memang benar, luka mengajari kita banyak hal. Dan kini aku memahami arti dari sebuah quotes yang pernah aku baca yang kurang lebih seperti ini "Saat Allah 'mendorong' mu ke tepi 'jurang', hanya ada dua pilihan, yaitu antara Allah ingin menangkapmu atau ingin mengajarimu cara untuk terbang".
Dan sekarang aku merasakan hal itu. Dari apa yang terjadi kemarin aku belajar banyak hal, diantaranya yaitu ,hanya Allah lah tempat kita bersandar, satu-satunya penolong dan sebaik-baik penolong. Saat aku benar-benar ditempatkan di posisi sendiri, saat semua orang pergi dan tak ada yang benar-benar memahami, hanya dengan bercerita pada Allah lah yang bisa membuatku tenang. Membaca setiap ayat-Nya dan setiap ceramah dan setiap quotes-quotes yang aku temukan di sosial media, seolah seperti 'jawaban' dari Allah atas setiap kebimbangan yang aku rasakan. Dari hal itu aku belajar yakin dan semakin yakin dengan Allah. SWT. Aku semakin menikmati dan sangat mensyukuri bahwa aku adalah seorang muslim. Segala pedoman hidup sudahlah tertulis dalam Al-Quran, Allah memanglah Maha Benar, Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku sangat merasakan hal itu kini.
Salah satunya bukti kasih sayang Allah yang begitu nyata ku rasakan adalah bagaimana akhirnya Allah membuatku keluar dari sebuah hubungan 'haram' yang mendekatkan diriku pada zina. Diantara begitu banyak hamba-Nya yang Allah 'biarkan' sampai terjerumus kedalam dosa zina namun Allah melindungiku dari hal itu. Allah tak ingin aku terus-menerus menumpuk dosaku yang memang sudah sangat banyak. Maka dari itu Allah membuatku putus dari orang yang memang tidak atau belum seharusnya aku cintai. Bukankah, ini artinya Allah menyayangiku? Iya, hatiku sakit pada saat itu, tapi sakitnya hatiku membuatku mendekatkan diri kepada Allah dan itu adalah berkah. Bukankah musibah yang membuat kita dekat dengan Allah itu lebih baik daripada kenikmatan yang membuat kita jauh dari Allah? Sungguh, selama ini bukannya aku tak pernah bersedih ataupun kecewa, namun sebesar apapun rasa sedih dan kecewa ku, pada akhirnya Allah menguatkan aku lagi, menenangkan hatiku lagi. Sungguh, rasanya nikmat sekali jika kita dekat dengan Allah, jika dalam setiap langkah kita melibatkan Allah, seberat apapun badai yang menghadang kapal kita, takan membuat kita sampai tenggelam.
Dan lagi dari semua hal yang telah terjadi selama ini membuatku tersadar akan satu hal, yaitu kita tidak bisa 'mempercayai dunia', orang, hal, dan apapun di dunia ini bisa mudah sekali berubah. Karena dunia memang hanyalah senda gurau belaka. Yang abadi itu adalah kehidupan akhirat, jadi kita tak perlu memberikan hati kita sepenuhnya pada dunia yang fana ini. Aku tak lagi percaya dengan janji siapapun itu kecuali janji Allah. Bahkan bayangan kita sendiri pun meninggalkan kita di waktu gelap. Lantas untuk apa kita mempercayakan kebahagiaan kita atau apapun itu pada dunia ini?
Bukan berarti aku membenci manusia ataupun dunia, sungguh bukan begitu maksudku. Aku tahu, kita hidup di dunia ini tentulah membutuhkan manusia lainnya. Tapi sekarang aku tidak terlalu berekspektasi tinggi terhadap siapapun tentang apapun. Karena manusia itu mudah sekali berubah. Hari ini, manusia mungkin bisa menjanjikan mu akan satu hal tapi bukan tidak mungkin bahwa esoknya dia lupa dengan apa yang dia janjikan. Jadi memang jangan terlalu dibawa serius.
Dan "the ugly truth" yang akhir-akhir ini baru ku sadari adalah, manusia itu begitu mudah tergantikan saat ia telah tiada. Saat kita meninggal, sahabat, keluarga, saudara dan kekasih kita tentu saja akan sedih dan menangis di hari itu dan beberapa hari atau bulan setelahnya. Namun seiring berjalannya waktu, mereka akan lupa dengan kita. Mereka akan melanjutkan hidupnya. Melupakan kita dan mungkin menemukan pengganti kita. Sedangkan kita? kita hanya sendiri di alam kubur, bersama dengan amal-amal yang kita punya. Dan masalahnya apakah amal itu cukup untuk membuat kita merasakan nikmat kubur? . Jujur saja, hal ini membuatku memikirkan tentang bekal ku untuk akhiratku. Agar aku tak mati-matian mengejar sesuatu yang tidak dibawa mati.
Saat banyak hal terjadi tak seperti apa yang ku rencanakan sebelumnya, mengajariku untuk bersabar dan menyerahkan segalanya pada Allah. Bahwa sematang apapun rencana kita jika memang Allah tak mengizinkan maka tak akan pernah terjadi. Namun aku percaya bahwa rencana Allah lah yang terbaik. Hal ini mengajariku tentang rukun iman yang ke enam yaitu "percaya kepada Qada dan Qadr Allah".
Aku merasa bahwa serangkaian peristiwa yang aku alami selama beberapa bulan kebelakang ini semakin menuntunku ke jalan yang benar. Bahwa Allah sedang mengajariku cara untuk terbang, dan aku tak perlu khawatir karna kalaupun aku jatuh, Allah pasti akan menangkapku.
Jujur, aku tak tahu apa yang akan terjadi didepan sana. Aku hanya percaya bahwa Allah tidak akan mengecewakanku.
Komentar
Posting Komentar